BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk
mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, merupakan alat mengungkapkan diri
baik secara lisan maupun tulisan, dari segi rasa harsa dan cipta serta piker
baik secara efektif dan logis. Semua warga negara Indonesia harus mahir dalam
menggunakan Bahasa Indonesia karena itu merupakan kewajiban bergaul di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu kita harus memajukan kepribadian
Indonesia di dalam maupun di luar negeri.
Kepribadian Indonesia dapat tercipta dari kemahiran berbahasa Indonesia,
bagi mahasiswa Indonesia semua itu dapat tercermin dalam tata pikir, tata
tulis, tata ucapan dan tata laku. Berbahasa Indonesia dalam konteks Ilmiah dan
Akademis, sebagai mahasiswa harus lebih dapat menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar supaya negeri ini bisa tetap utuh terjaga.
Mahasiswa selain berbahasa Indonesia juga dapat menggunakan kalimat
efektif. Kalimat yang disampaikan secara mudah dipahami oleh pembaca. Karya
ilmiah ditulis untuk dipahami oleh pembaca. Penulis hendaknya memperhatikan
kalimat yang disusun. Kalimat sangat penting dalam sebuah tulisan, kalimat yang
baik mudah dipahami pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Melatihkan
Menulis Kalimat
Menulis sebagai salah satu
keterampilan berbahasa diakui oleh umum. Menulis merupakan keterampilan yang
mensyaratkan penguasaan bahasa yang baik. Dalam belajar bahasa, menulis
merupakan kemahiran tingkat lanjut. Semi (1995: 5) berpendapat bahwa pengajaran
menulis merupakan dasar untuk keterampilan menulis.
Penulis sendiri berpandangan
bahwa untuk menulis, pembelajaran harus menguasai kaidah tata tulis, yakni
ejaan, dan kaidah tata bahasa, morfologi dan sintaksis. Di samping itu,
penguasaan kosakata yang banyak diperlukan pula.
Menulis sebagaimana berbicara,
merupakan keterampilan yang produktif dan ekspresif. Perbedaannya, menulis
merupakan komunikasi tidak bertatap muka (tidak langsung), sedangkan berbicara
merupakan komunikasi tatap muka (langsung) (Tarigan , 1994: 2). Menurut Azies
dan Alwasilah (1996: 128), keterampilan menulis berhubungan erat dengan
membaca. Hal ini diakui pula oleh Semi (1995: 5). Semakin banyak siswa membaca,
cenderung semakin lancar dia menulis.
Seberapa besar porsi materi
menulis harus diberikan dibandingkan dengan materi berbicara, hal ini tidak ada
ketentuannya. Setiap penyelenggara BIPA memiliki kebijakan masing-masing untuk
menentukan porsi meteri ini sesuai dengan tujuan penyelenggaraan program.
Alangkah baiknya setiap penentuan kebijakan didasarkan pada hasil penelitian
motivasi pembelajar mengikuti program PBIPA. Menurut Alwi (1996: 30), mengutip
pendapat Sumarmo (1988), orang Amerika mengikuti program BIPA dengan motivasi
ingin dapat berbicara menempati urutan tertinggi (83%), sedangkan motivasi
untuk dapat menulis makalah menempati urutan terbawah (13%).
Dalam kelas reguler pada
jenjang-jenjang pertama, keterampilan menulis biasanya memperoleh porsi yang
lebih sedikit. Sebaliknya, pada jenjang yang lebih tinggi materi menulis bisa
memperoleh porsi yang sama dengan berbicara, bahkan bisa lebih, apalagi jika
ada materi lain yang berkaitan dengan menulis. Pada jenjang yang lebih tinggi,
cara berkomunikasi siswa dengan lingkungan bisa cenderung lebih bervariasi,
tidak hanya menggunakan bahasa ragam lisan, tetapi juga menggunakan bahasa
ragam tulis karena mereka sudah lebih mahir berbahasa Indonesia.
Makalah Selengkapnya Download Disini
0 Komentar
Penulisan markup di komentar